Copyright © www.aldakwah.org 2023. All Rights Reserved.

Get Adobe Flash player
Anda dapat membaca Artikel serta kajian yang disediakan oleh kami
Anda dapat mengetahui berita islam terkini baik berita lokal maupun Internasional
Anda dapat mengakses murottal Al-Quran beserta terjemahannya ke berbagai bahasa
Anda dapat mengakses kajian audio yang kami terbitkan
Anda dapat berinfaq serta besedekah melalui perantara kami
Anda dapat memesan produk kami secara online

Menangis Karena Takut berbuat Dosa - Serial Akhlak (9)

ã Sesungguhnya dosa-dosa itu adalah noktah hitam yang menutupi hati, ia mengotorinya hingga menjadi keras dan berkarat, bahkan lebih parah lagi dosa akan membuat akhir hidup seseorang menjadi tragis. Semoga Allah menyelamatkan kita.

ã Dosa akan menghancurkan seorang hamba yang mana ia sangat membutuhkan keselamatan! Untuk itulah sangat pantas bagi orang yang mengetahui bahaya sebuah dosa, untuk menangis dan bertaubat, atau takut akan akibat yang ditimbulkanya.

ã Dari Uqbah Ibn Amir RA berkata,” Aku bertanya kepada Rasullah tentang keselamatan.” Beliau pun menjawab, “Jagalah lisanmu, menetaplah dirumahmu (tatkala terjadi fitnah atau kemungkaran merajalela), dan menangislah atas dosa-dosamu.[1]

ã Abdurrahman Ibn Abdullah Ibn Mas`ud berkata bahwa Ayahnya berkata kepadanya, “Takutlah terhadap Tuhanmu, menetaplah dirumahmu, kuasailah lidahmu, dan menangislah dengan mengingat dosa-dosamu.”[2]

ã Alqomah Ibn Martsad berkisah, “Sifat zuhud bermuara pada delapan orang Tabi`in, salah satunya adalah al-Aswad Ibn Yazid. Dia adalah seorang yang tekun beribadah, dan berpuasa sampai-sampai wajahnya kelihatan menghijau dan menguning. Alqomah Ibn Qais bertanya kepadanya, “Untuk apakah penderitaan ini?” Ia menjawab, "Aku ingin mengistirahatkan jasad ini  (dari siksa akhirat), sesungguhnya akhirat membutuhkan kesungguhan."

Ketika sedang sakaratul maut ia menangis, maka ia ditanya: "Mengapa kamu takut?" ia menjawab: “Bagaimana aku tidak takut! Lalu siapakah yang berhak dariku akan hal itu?! Demi Allah, kalau sekiranya aku dianugerahi ampunan dari Allah AWJ, niscaya rasa malu akan menggelayutiku, akibat dari perbuatanku! Sesungguhnya seorang yang berbuat kesalahan kepada seseorang, lalu orang tersebut memaafkanya, maka laki-laki itu akan sesenantiasa merasa malu pada orang yang memaafkanya.”

ã Masma` Ibn Ashim bercerita, “Aku dan Abdul Aziz Ibn Sulaiman berangkat menemui Nasyirah Ibn Sa`id al-Hanafi, Dia selau menangis hingga matanya tak dapat melihat lagi. Kami meminta izin kepadanya dan iapun mengizinkan kami, lalu kami memasuki rumahnya. Abdul Aziz memberi salam kepadanya. Nasyarah berkata, “Abu Muhammad?” (bertanya untuk memastikan). Abdul Aziz, menjawab, “Iya benar.” Nasyirah bertanya, “Apakah tujuan anda datang kemari?” Abdul Aziz menjawab, “Kami datang untuk mendengarkanmu menangis, agar kami menangis bersamamu, atas dosa-dosa yang telah lampau.” Kemudian merekapun menangis ketika aku melihat air mata sudah membanjir, akupun memisahkan diri, lalu pergi keluar.”

Salamah Ibn Sa’id bercerita bahwa pada suatu hari Ziyad tertawa sehingga suaranya terdengar melengking.” Lalu ia berucap, “Astaghfirullah!” dan iapun menangis dengan sangat keras. Setelah majlis tersebut bubar, teman-temanya berkata, “Kami tidak pernah melihat -semoga Allah memberi kemashalatan kepada tuan- suatu tangisan akibat dari tertawa, secepat tangisanmu yang kemarin!” Ziyad berkata, “Demi Allah, sesungguhnya pada saat itu aku terkenang suatu dosa yang pernah aku perbuat, dan aku sangat menikmatinya!, tapi kemudian aku mengingatnya maka akupun menangis karena takut akan akibat buruknya,” lalu iapun menagis lagi.”

Muhammad Ibn Rayyah Al-Qaisiy -seorang kerabat Rayyah al-Qaisiy. Berkata, “Tatkala aku masuk masjid, aku mendapati Rayyah menangis. Ketika aku memasuki rumahnya ia dalam keadaan menangis dan ketika aku menemuinya di padang pasir, diapun menangis. Maka pada suatu kali aku bertanya kepadanya, “Apakah sepanjang waaktumu hanya untuk bersedih,?!” Rayyah pun menangis, lalu berkata, “Ini adalah sesuatu yang sangat pantas dilakukan oleh orang-orang yang berbuat dosa dan tertimpa kesusahan (akibat maksiat).”

Musa Ibn Isa al-Absi menuturkan, “Hudzaifah al-Mar`asyi memandangi seorang laki-laki yang sedang menangis. Hudzaifah bertanya, “Apakah gerangan yang menyebabkanmu menangis, wahai pemuda?!”

“Aku terkenang dosa-dosaku yang telah aku perbuat.” Jawab pemuda tersebut Kemudian Hudzaifiah ikut menangis, lalu berguman, “Benar! Wahai saudaraku! Untuk perbuatan dosalah kita patut menangis.”

Abdullah Ibn Musa al-Absi bercerita, “Pada suatu hari kami berada (dimajlis) al-Hasan Ibn Shalih. Dia menyebutkan suatu perkara yang kemudian membuat hati terenyuh. Maka menangislah salah seorang jama'ah dan suaranya pun meninggi dan tangisanya semakin melengkung. Lantas ada seorang berkata, “Benar, wahai saudaraku! Menagislah seperti ini atas apa yang menimpa dirimu (dari dosa). Tidak akan ada kebaikan bagi orang yang tidak menyayangi dirinya sendiri?! Ubaidullah berkata, “Setelah peristiwa itu, aku sering mendengar al-Hasan mengulang-ulang kalimat, “Tidak akan pernah memperoleh kebaikan, orang yang tidak menyayangi diriya?!”

Qais Ibn Sulaim al-Anbariy berkata, “Tersebutlah bahwa adh-Dhahhak Ibn Muzahim menangis apabila senja menjelang. Diapun ditanya, “Apakah gerangan yang menyebabkan anda menangis.” Adh-Dhahhak menjawab, ‘Aku tidak tahu, amalanku yang mana (yang baik atau yang buruk) yang diangkat pada hari ini`.”

Zuhair Ibn Nu`aim as-Saluliy menuturkan, “Tersebutlah seorang laki-laki dari kabilah bal`anbar yang gemar menangis. Anda tidak akan pernah mendapatinya berhenti menangis. (hal ini) menyebabkan salah seorang dari kaumnya menegur apa yang ia perbuat seraya berkata, “Mengapa engkau menangis berkepanjangan seperti ini, semoga Allah merahmatimu,?” pemuda itu kembali menangis, kemudian bersenandung,”

Aku menangisi dosa-dosaku yang begitu besar

Memang para pendosa lebih pantas untuk menangis

Andaikata tangisan itu dapat menolak kegalaunku

Niscaya darah akan menyertai air mata kebahagiaan.

Abu Mihraz menuturkan bahwa Abu Imran al-Jauniy pernah berkata, “menangislah, maka kamu akan selamat.”

Thalhah Ibn Musharrif bercerita, “Ada seorang orang yang pernah melakukan banyak dosa. Setiap kali ia mengingat dosa-dosanya iapun menangis. Maka salah satu budaknya berkata, “Jika demikian cara anda menyesali dosa (yaitu menangis terus menerus) niscaya suatu saat nanti saya akan menuntun andaa yang menjadi buta (karena keseringan menangis)."

Sa`id Ibn Abdurrahman an-Nashibiy berkata, “Abu Sulaiman al-Labban adalah seorang yang menghabiskan sebagian besaar waktunya dengan menangis. Pada suatu hari aku mendengar dia berguman, dan perkataan yang paling sering ia ulang-ulang adalah, “Tangisilah dosa-dosa (yang telah anda perbuat) sebelum datang hari penyesalan, kosongkanlah hati, kecuali dengan kesibukan untuk menghitung dosa!!” Diapun menangis sambil berkata, “Kami mendapati Allah sebagai Penolong Yang Maha Mulia bagi hamba yang sangat keji!!

Muhammad Ibn al-Husain bertutur, “Pada pertengahan malam, aku mendengar Abu Ja’far al-Qori` menangis, sembari bersyair, “

Bersungguh-sungguhlah dalam menangisi dosa-dosamu sepanjang masa Karena tangisan itu pegangan orang-orang yang sedih

Kenanglah selalu dosamu sepanjang hari

Karena dosa-dosa itu selalu mengeliingi setiap insan.’

Lalu dia menangis sangat keras sekali. Dan iapun terus mengulang-ulang syair tersebut.”

Bahr Abu Yahya berkata, “Aku mendengar salah seorang ahli ibadah mengatakan, “Menangislah! Bagi siapa saja yang mengetahui bahwa dia tidak akan selamat, melainkan dengan terus bersedih dan menangis.” Lalu ia bersenandung, “

Barangsiapa mengalirkan air matanya karena dunia,

(Ketahuilah) sesungguhnya kami mengucurkan air mata karena menangis sebagai pengakuan atas dosa-dosa kami.

Ibnu Hayyan menuturkan, “Aku telah mendengar Shalih al-Mirriy mengucapkan, “Jika anda tidak menangis atas dosa-dosa anda maka siapakah yang akan menangisi dosa-dosa itu sepeninggal anda?!” Lalu Shalih pun menangis dan berkata lagi, “Wahai saudara-saudaraku! Menangislah atas dosa-dosa! Sesungguhnya dosa-dosa itu jika telah mengotori hati, hingga hati itu tertutupi, maka tak satupun dari petuah-petuah yang akan melekat dihati.”

Imam Ibn al-Faradhi bersenandung, menyeru kepada Allah AWJ, “

Seorang tawanan dosa-dosa berdiri mengharap di depan gerbang-Mu

Dengan perasaan takut dan cemas atas segala sesuatu (dosa) yang Engkau lebih mengetahuinya.

Dia takut atas dosa-dosanya yang tidak akan hilang dari pantauan-Mu.

Dia megharapkan ampunan-Mu dengan penuh harap dan cemas.

Siapakah tempat berharap dan takut selai diri-Mu

Yang tidak akan pernah keliru dalam memutuskan hukuman.

Wahai Tuhanku! Janganlah Engkau membuatku bersedih dengan catatan-catatanku.

Pada hari perhitungan, di saat lembaran-lembaran amal dihamparan (dibuka).

‘Athiyah al-Aufi berkata, “Telah sampai padaku sebuah riwayat bahwa barangsiap menangis atas kesalahan-kesalahannya, maka itu akan menghapus kesalahan-kesalahannya.”

Malik Ibn Dinar berkata, “Menangis atas dosa-dosa, itu akan menghapuskannya, seperti angin yang menerbangkan dedaunan yang kering!”

____________________________________________

[1]HR. Turmudzi, ia berkata,” Hadist Hasan” dan dinisbatkan oleh Al-Abani.

[2] HR. Ibnu Majah