Copyright © www.aldakwah.org 2023. All Rights Reserved.

Get Adobe Flash player
Anda dapat membaca Artikel serta kajian yang disediakan oleh kami
Anda dapat mengetahui berita islam terkini baik berita lokal maupun Internasional
Anda dapat mengakses murottal Al-Quran beserta terjemahannya ke berbagai bahasa
Anda dapat mengakses kajian audio yang kami terbitkan
Anda dapat berinfaq serta besedekah melalui perantara kami
Anda dapat memesan produk kami secara online

Empat Hal yang Selalu Ditanyakan Seputar Muslim Rohingya

YANGOON -- Muslim Rohingya telah ditolak kewarganegaraan di negerinya. Namun mereka dipaksa menjadi tenaga kerja pada proyek-proyek pemerintah di Myanmar. Mereka dilarang untuk menikah tanpa izin pemerintah. Rohingya beranak-pinak dalam pengawasan.

Muslim Rohingya sering disebut sebagai salah satu etnis yang paling teraniaya di dunia. Sekarang, ketika mereka mencari tanah baru untuk perlindungan, akankah nasib mereka berubah?.

Dalam upaya bermigrasi ke negara-negara terdekat seperti Malaysia dan Indonesia, banyak Rohingya akhirnya terjebak di kapal penuh sesak di laut. Muslim Rohingya melihat tidak ada negara yang bersedia menampungnya.

Berikut Sejumlah pertanyaan dan fakta jawaban seputar Rohingya:

1. Dari Mana Asal Mereka?

Banyak Muslim Rohingya hidup di Burma bagian Barat, Burma juga dikenal sebagai Myanmar. Mayoritas Muslim Rohingya berada di bagian utara negara bagian Rakhine, sebuah wilayah yang berbatasan dengan Bangladesh dan Teluk Benggala.

Banyaknya Muslim Rohingya yang tinggal di sana mewujud dalam laporan yang bervariasi. Tetapi kebanyakan berkisar antara satu juta hingga 1,5 juta kepala. Dari sejumlah itu, beberapa ratus ribu telah melarikan diri dari Burma menuju Bangladesh, Arab Saudi, Pakistan, Thailand atau Malaysia.

Keengganan pemerintah untuk menawarkan tempat tinggal yang aman bersama warga lainnya, karena keyakinan negara yang menganggap mereka adalah imigran ilegal. Meskipun Rohingya dapat melacak nenek moyang mereka berasal dari Myanmar sejak abad ke delapan, pemerintah yakin mereka datang dari Bangladesh dan tidak layak memiliki kewarganegaraan Myanmar.

2. Apa Penganiayaan yang Mereka Terima?

Di Myanmar, Muslim Rohingya tidak dianggap sebagai seorang warga. Undang-Undang Kewarganegaraan sejak 1982 tidak mengakui etnis mereka sebagai salah satu ras nasional.

Jika ingin memperoleh kewarganegaraan, Muslim Rohingya harus mencoba membuktikan nenek moyang mereka menetap di Burma sebelum tahun 1823. Hanya segelintir orang yang memiliki bukti kuat atas penelusuran tersebut.

Masyarakat minoritas Rohingya dilarang mengenyam sekolah menengah umum. Mereka tidak bisa bekerja untuk pemerintah atau lembaga publik. Pemerintah membatasi gerakan mereka hanya dalam negara bagian Rakhine.

Muslim Rohingya sering dipaksa bekerja tanpa dibayar untuk membantu proyek-proyek yang dikelola pemerintah, seperti memecah dan menyusun batu untuk membangun jalan. Human Rights Watch melaporkan beberapa anak telah dipaksa menjadi pekerja bebas sejak usia tujuh tahun.

3. Apa yang Memicu Ketegangan Baru-Baru Ini kepada Rohingya?

Pada 28 Mei 2012, tiga pria Muslim memperkosa dan membunuh seorang wanita Buddha. Kejahatan kekerasan ini memicu pembantaian sekelompok Muslim, yang berjumlah 10 orang di sebuah pos pemeriksaan pemerintah beberapa hari kemudian. Dalam 153 halaman laporan Human Rights Watch, itu yang memicu ketegangan di Myanmar.

Peristiwa itu yang juga mengakibatkan kerusuhan di negara bagian Rakhine. Menyebabkan pasukan keamanan membumihanguskan rumah sekitar 75.000 Muslim Rohingya, dan menangkap sejumlah besar Rohingya Muslim laki-laki.

Setelah itu, sembilan kota lainnya di Myanmar menjadi saksi kekerasan negara terhadap Muslim. Sekitar 40.000 umat Islam dipaksa meninggalkan rumah mereka dan setidaknya 70, termasuk 28 anak-anak, tewas dalam serangan.

Laporan Human Rights Watch, pihak keamanan setempat sering tidak berusaha untuk menghentikan kekerasan. Pihak keamanan justru menerima tuduhan bahwa mereka berpartisipasi membantai Muslim dalam kerusuhan.

4. Berapa Banyak Korban Rohingya Tewas?

Tidak jelas berapa banyak Muslim Rohingya tewas secara langsung karena kekerasan di Burma. Namun perkiraan jumlah korban tewas mencapai antara 200 hingga 300 orang sejak 2011.

140 ribu Muslim kini hidup di kamp-kamp pengungsi, lebih dari 86.000 orang telah melarikan diri menggunakan kapal sejak 2012. Mereka yang tak kuat ditindas, berusaha bermigrasi ke Thailand, Malaysia atau Indonesia. 

PBB, dalam sebuah laporan menyatakan 615 orang meninggal dalam eksodus mengerikan itu sejak 2013. Beberapa migran yang tiba dengan selamat, yang bernasib tragis, konon dibawa ke kamp penyelundup di mana mereka ditahan dan diminta tebusan dari keluarga mereka. Wajar jika ditemukan sejumlah kuburan massal di sejumlah negara.

Beberapa Rohingya dilaporkan menghabiskan hidup berbulan-bulan di kandang sempit. Pemukulan mereka terima sampai mereka mati. Sementara itu, menurut UNHCR, 3.500 migran masih terdampar di kapal di Teluk Benggala dan Laut Andaman dengan tidak ada negara yang bersedia untuk membawa mereka.

Republika.co.id