Copyright © www.aldakwah.org 2023. All Rights Reserved.

Get Adobe Flash player
Anda dapat membaca Artikel serta kajian yang disediakan oleh kami
Anda dapat mengetahui berita islam terkini baik berita lokal maupun Internasional
Anda dapat mengakses murottal Al-Quran beserta terjemahannya ke berbagai bahasa
Anda dapat mengakses kajian audio yang kami terbitkan
Anda dapat berinfaq serta besedekah melalui perantara kami
Anda dapat memesan produk kami secara online

Pembersihan etnis Muslim di Republik Afrika Tengah

BANGUI Muslim hanya layak diberitakan saat “berada dibelakang senjata”, bukan di depannya.

Jurnalisme modern terus menegaskan kembali dasar ini berkaitan dengan krisis domestik danbahkan mungkin lebih dari itubencana hak asasi manusia internasional.

Penargetan secara sistematis terhadap Muslim di Republik Afrika Tengah (CAR), bangsa yang dilanda perselisihan sejak Maret 2013kini berubah menjadi pembersihan etnis dalam skala besar, sebagaimana dilansir oleh Al Jazeera, Selasa (18/8/2015).

Namunmasyarakat di luar negara Afrika dan di luar komunitas HAM kurang menyadari krisis kemanusiaan ini.

Dalam beberapa minggu terakhirmilisi bersenjata telah bergerak melalui bagian barat negara itumengintimidasi dan melakukan tindakan brutal terhadap Muslim.

AntiBalaka, milisi ekstrimis yang tediri dari animis dan Kristenmelarang ummat Islam beribadah, menghapus pakaian agamadan memaksa untuk pindah agama di bawah todongan senjata.

Anti-Balaka di CAR telah meneror sebanyak 750.000 Muslimyang membentuk 15 persen dari populasi negara itu.

Tujuan dari antiBalaka adalah sangat mengerikanmenyingkirkan bangsa penduduk Muslim, dengan cara apapun.

Terorisme antiMuslim di CAR yang telah merenggut sedikitnya 6.000 jiwamemaksa sebanyak 30.000 ummat Islam untuk hidup di kantong-kantong yang dilindungi PBBdan menyebabkan sejumlah masjid hancurtetap menjadi ancaman besar yang tidak diketahui.

Outlet media mainstream telah lama mengabaikan nasib kemanusiaan korban bangsa kulit hitamterutama di benua Afrika.

Pasukan antiBalaka memiliki manfaat yang sangat besar dari kurangnya pemberitaan terkait sepak terjang merekaJumlah mereka semakin berkembang, dan kekerasan yang mereka lakukan semakin menjadi-jadi.

Selain Muslim dipaksa untuk pindah agama dan masjid-masjid yang dirobohkanlaporan tentang Muslim yang harus membayar sejumlah uang dalam jumlah besar kepada milisi antiBalaka juga sudah tersebar luas.

Militan antiBalaka secara intensif membunuh mereka dan memaksa sejumlah besar dari mereka untuk pindah agama selama Ramadhan terakhir, yang terbukti berbahayadan bahkan bisa fatal.

Saat tragedi Rwanda, kameramen dan wartawan datang berbondong-bondong saat semuanya sudah terlambat. Ketika mereka tiba, genosida telah terjadi hampir di semua target.

Sejak itusejumlah cendekiawan, pendukung hak asasi manusianegarawan dan berpendapat bahwa perhatian media yang tepat waktu bisa menciptakan tekanan yang dibutuhkan untuk memacu intervensi kemanusiaan yang lebih komprehensif.

Ribuan nyawadan generasi masa depan Tutsibisa diselamatkan.

Seperti yang terjadi di CAR, tak juga mengambil pelajaran dari tragedi Rwanda, sedangkan populasi Muslim semakin terancam punah, dan milisi antiMuslim bersenjata memiliki lampu hijau untuk melanjutkan pembunuhannya.

Tapi karena Muslim berada di depan pistol bukannya sebagai pihak yang mengacungkancerita ini akan terus absen dari berita utama.

(ameera/arrahmah.com)