Copyright © www.aldakwah.org 2023. All Rights Reserved.

Get Adobe Flash player
Anda dapat membaca Artikel serta kajian yang disediakan oleh kami
Anda dapat mengetahui berita islam terkini baik berita lokal maupun Internasional
Anda dapat mengakses murottal Al-Quran beserta terjemahannya ke berbagai bahasa
Anda dapat mengakses kajian audio yang kami terbitkan
Anda dapat berinfaq serta besedekah melalui perantara kami
Anda dapat memesan produk kami secara online

Remaja Masjid Jakarta Dukung Tayangan Khazanah Trans 7

Jakarta - Pengaduan Pengurus Pusat Ikatan Jamaah Ahlulbait Indonesia (PP IJABI), sebuah organisasi Syiah kepada Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat dan kepada TV Trans 7 atas tayangan program “Khazanah” mendapat respon kalangan remaja masjid Jakarta. Dukungan tayangan itu justru datang dari Young Islamic Leaders  (YI Lead-Jakarta),  Remaja Islam Sunda Kelapa (RISKA), KAZI (Komunitas Anti Zionis Indonesia) dan juga Underground Tauhid (UT).

Menurut Rio Ismail, Kabid Humas dan Penerbitan YISC Al Azhar Jakarta, tayangan Khazanah bertajuk “Mengenal Syi’ah” (edisi Idul Ghadir) hari Kamis (31/10/2013) justru sebagai informasi yang diperlukan bagi para remaja masjid.

Baginya, kalau soal dukung-mendukung, semua pihak punya hak sama. Jika IJABI menolak program itu, pihaknya justru mendukung tayangan tersebut.

Bahkan jika diperlukan, ia dan teman-temannya bisa turun lapangan untuk membentuk solidaritas.

Menurut pria yang sudah menjadi anggota YISC sejak tahun 2008 dukungan  YISC karena terkait fatwa para ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah tentang Syiah.

“Sikap YISC salah satunya pernah ditunjukkan dengan menggelar Tabligh Akbar Mengokohkan Ahlus Sunnah tahun lalu,” demikian ujar Rio dalam pernyataan yang disampaikan kepada hidayatullah.com.

Rio mengaku mendapatkan info tentang masalah ini  dari broadcast BBM.

“Saya dapat broadcast dari teman-teman dan juga grup AQL,”ucapnya. Pada saat penayangan di televisi, Rio ikut menontonnya.

Menurutnya, pemberitaan Khazanah dinilai cukup proporsional. Walaupun membahas Idul Ghadir dari kacamata Ahlus Sunnah, tapi tim Trans 7 tersebut memaparkan secara histori mengapa umat Syiah menganggap sakral hari raya itu.

“Walaupun narasi-nya cepat, tapi tetap komprehensif dan lengkap. Termasuk dengan menyebutkan referensi kitab Syiah sekaligus bantahannya dari al-Quran,”ucapnya tandas.

Sementara itu, Agastya Herjunadhi, Sekjen Young Islamic Leader (YI Lead), ikut memantau kasus ini yang kabarnya telah sampai di Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).

Menurut Agas, pihak pemerintah perlu juga diajak  bicara dalam kasus ini, karena awal kasus ini dinilai bermula ketika Syiah menyelenggarakan perayaan Hari Raya Idul Ghadir.

”Karena terselenggaranya Idul Ghadir juga merupakan izin Presiden,”ujar Agas.

Dalam analisis Agas, kalaupun pada akhirnya laporan tersebut ditindaklanjuti oleh KPI, posisi Khazanah tetap lebih unggul.

”Dilihat dari sisi manapun, posisi Syiah sudah kalah. Sebab berdasarkan fatwa MUI, Syiah sudah difatwakan sesat,” tuturnya.

Baginya, jika proses di KPI benar-benar berlangsung, remaja Muslim yang tergabung dalam YI Lead akan juga mengirim surat pada pihak-pihak terkait.

”Setidaknya ada pernyataan sikap dari kami,” tegas Agas.

Seperti diketahui,  pasca tayangan Khazanah bertajuk “Mengenal Syi’ah” (edisi Idul Ghadir)  Kamis 31 September 2013,  sore harinya Trans TV mendapat pengaduan keberatan dari Pengurus Pusat IJABI.

Organisasi Syiah ini langsung menayangkan surat protes keras kepada Trans 7 dan KPI Pusat. IJABI yang diwakili Muhammad Mulyawan Samad (PP IJABI Bidang Informasi Strategis) dan Maran Sutarya (Ketua PW IJABI DKI Jakarta) menyambangi Kantor TV Trans 7 dan KPI Pusat untuk menyampaikan langsung surat protes tersebut.  

“IJABI menyampaikan bahwa tayangan Khazanah tersebut telah menyalahi azas cover both side. Tayangan tersebut menyiarkan uraian tentang Mazhab Syiah hanya dari versi kelompok yang antipati pada Syiah,” demikian pernyataan resmi IJABI yang dirilis situs resmi IJABI, majulah-ijabi.org.

Dalam pengaduannya, IJABI juga meminta TV Trans 7 menayangkan secara khusus tentang Syi’ah dengan menampilkan pandangan tokoh ulama Syi’ah di Indonesia.

Pedoman Fatwa MUI

Sementara itu, Sekjen Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI),  Bachtiar Nasir usai ceramah shalat Subuh, hari Ahad 3 November 2013 di Masjid Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan mengatakan, saat ini pengaduan atas tayangan Khazanah ke KPI sedang dalam proses.

”Sudah tiga kali ada orang Syiah mendatangi Trans 7,” katanya saat ditemui hidayatullah.com, usai ceramah Subuh.

Ia mengatakan tidak tahu dari organisasi mana mereka datang. Namun baginya, yang penting umat Islam akan lebih aman berpedoman terhadap fatwa ulama atas masalah-masalah terkait agama dan Syiah.

”Sudah jelas fatwa MUI terhadap Syiah, termasuk juga ulama-ulama sebelumnya di Indonesia seperti KH. Hasyim Asyhari,” tuturnya.

Seperti diketahui, Rakernas 2007 menetapkan 10 kreteria sebuah aliran keagamaan yang dianggap menyimpang sedang tahun 2012, MUI Jawa Timur mengeluarkan fatwa sesat aliran Syiah di Indonesia. Sedang MUI Pusat juga mengeluarkan

Selain itu, Bachtiar juga menyinggung dibolehkannya izin perayaan Hari Raya Syiah Idul Ghadir justru akan menjadi ‘duri dalam daging’ persatuan umat yang sedang digalakkan.

Menurutnya, para ulama di Indonesia hingga hari ini masih dijadikan rujukan resmi pemerintah dan umat Islam. Karena menjauhi ulama justru akan menghancurkan struktur sosial Islam itu sendiri.

”Prinsipnya, dengar saja dulu. Jika terjadi perbedaan pendapat di antara ulama, Allah akan carikan solusi yang tepat dan akan ada ijtihad diantara Ulama," tukasnya.

Hidayatullah.com